Jumat, 15 Februari 2013

Pengertian Adversity Quotient


Adversity Quotient (AQ) adalah ukuran kemampuan dalam mengatasi kesulitan. Menurut Stoltz (2000:8) AQ member tahu anda seberapa jauh anda mampu bertahan mengahdapi kesulitan dan kemampuan anda untuk mengatasinya, AQ meramalkan siapa yang mampu mengatasi kesulitan dan siapa yang hancur, AQ meramalkan siapa yang akan melampaui harapan atas kinerjanya dan siapa yang akan gagal.

Stoltz (2000:17) mengatakan bahwa seseorangn dilahirkan dengan satu dorongan inti yang manusiawi untuk terus mendaki. Yang dimaksud mendaki bukan melayang menembus awan, juga bukan sekedar meniti jenjang karier di perusahaan, atau mengumpulkan kiekayaan. Stoltz menggunakan istilah pendakian yang lebih luas, yaitu menggerakkan tujuan hidup kita ke depan.

Apakah pendakian kita berkaitan dengan mendapatkan nilai yang lebih bagus, memperbaiki hubungan dengan relasi kerja, menjadi lebih mahir dalam segala hal yang sedang dikerjakan, membesarkan anak menjadi seorang binatang, mendekatkan diri kepada Tuhan, atau memberikan kontribusi yang berarti selama hidup.

Rabu, 23 Januari 2013

37 KEBIASAAN ORANG TUA YANG MENGHASILKAN PERILAKU BURUK PADA ANAK

Bapak dan ibu yang baik, pernahkah anda mengalami salah satu atau beberapa hal dibawah ini :
  1. Apakah anda mulai merasa kesulitan mengendalikan perilaku anak anda ?
  2. Apakah anda dan pasangan anda sering tidak sepaham dalam mendidik anak-anak ?
  3. Apakah anak anda selalu merengek dan memaksa dibelikan sesuatu setiap kali diajak untuk pergi dan belanja ?
  4. Apakah anak-anak anda sering bertengkar di rumah dan satu sama lain tidak mau mengalah ?
  5. Apakah anak-anak anda selalu saling mengganggu ?
  6. Apakah anda mengalami kesulitan karena anak anda selalu bermain di rumah dan sulit untuk mengerjakan hal-hal lain ?
Jika anda mengatakan “Ya!” untuk salah satu atau beberapa gejala ini, maka anda adalah orang yang tepat untuk membaca artikel ini.
Berikut akan disajikan beberapa kebiasaan orang tua, yang mungkin tidak kita sadari ternyata telah membentuk karakter yang negative sehingga kita sebagai orang tua kesulitan dalm mendidik anak-anak kita yang perilakunya tidak bisa diatur, yang akan disampaikan secara berseri.
Kebiasaan 1 :
Raja yang tak pernah salah
Sewaktu anak kita masih kecil dan belajar jalan, tidak jarang tanpa sengaja menabrak kursi/meja. Lalu menangis. Umumnya yang dilakukan orang tua agar tangisan anak berhenti adalah dengan memukul kursi/meja, sambil mengatakan, “Siapa yang nakal ya? Ini sudah Papa/Mama pukul kursi/mejanya…sudah cup…cup…diem ya…” Akhirnya si anak pun terdiam.
Apa akibatnya?
Ketika proses pemukulan terhadap benda yang mereka tabrak terjadi, sebenarnya kita telah mengajarkan kepada anak bahwa ia tidak pernah bersalah. Yang salah orang/benda lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya setiap ia mengalami peristiwa dan terjadi kekeliruan, maka yang keliru atau salah adalah oranglain, dan dirinya selalu benar, sehingga yang pantas di hukum adalah orang lain yang tidak melakukan kesalahan.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Yaitu mengajari ia untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi; katakanlah padanya (sambil mengusap bagian yang menurutnya terasa sakit) :“Sayang, kamu terbentur ya. Sakit ya? Lain kali hati-hati ya, jalannya pelan-pelan saja dulu, supaya tidak membentur lagi.
Kebiasaan 2 :
Berbohong kecil dan sering
Pada saat kita terburu-buru pergi bekerja, anak kita meminta ikut. Apa yang kita lakukan? Apakah kita menjelaskannya dengan kalimat yang jujur? Atau kita lebih memilih berbohong dengan mengalihkan perhatian si kecil ke tempat lain, setelah itu kita buru-buru pergi? Atau kita mengatakan, “Papa hanya sebentar kok, hanya ke depan saja ya, sebentaaar saja ya, sayang.” Tapi ternyata, kita pulang malam.
Apa akibatnya?
Dari contoh diatas, jika kita berbohong ringan/bohong kecil, dapat mengakibatkan anak tidak percaya lagi dengan kita sebagai orang tua. Mereka tidak bisa membedakan pernyataan kita yang bisa dipercaya atau tidak, sehingga anak menganggap semua yang diucapkan orang tuanya adalah bohong dan mulai tidak menuruti segala perkataan kita. Awalnya, anak-anak kita adalah anak yang selalu mendengarkan kata-kata orang tuanya, karena mereka sepenuhnya percaya pada orang tuanya. Namun setelah anak beranjak besar mereka mulai tidak menurut. Tanpa sadar kita sebagai orang tua setiap hari sering membohongi anak untuk menghindari keinginannya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berkatalah jujur kepada anak. Ungkapkan dengan penuh kasih dan pengertian : Sayang, Papa mau pergi bekerja. Kamu tidak bisa ikut. Tapi kalo papa libur dan pergi ke kebun binatang, kamu bisa ikut. Hal ini memang membutuhkan waktu lebih untuk memberi pengertian kepada anak karena biasanya mereka menangis karena ia belum memahami keadaan mengapa orang tuanya harus selalu pergi di pagi hari. Kita perlu sabar dan beri pengertian kepada mereka secara terus menerus. Pastikan kita selalu jujur dalam mengatakan sesuatu.
Kebiasaan 3 :
Banyak mengancam
Pada saat kita melihat si Kakak sedang menggangu adiknya, kita sering mengatakan dengan berteriak dari tempat duduk kita, “Jangan ganggu adik, nanti papa/mama marah!”
Apa akibatnya?
Dari sisi anak pernyataan yang sifatnya melarang dan dilakukan dengan cara berteriak tanpa kita beranjak dari tempat duduk atau tanpa menghentikan aktifitas kita, bagi mereka itu sudah merupakan suatu ancaman. Terlebih ada kalimat tambahan “…nanti papa/mama marah.”
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Kita tidak perlu berteriak-teriak seperti itu. Cukup dekati si anak. Tatap matanya dengan lembut, namun perlihatkan bahwa ekspresi kita tidak senang dengan tindakan mereka, dan dipertegas dengan kata-kata, “Sayang, Papa/mama mohon supaya kamu boleh meminjamkan mainan ini kepada adikmu. Bila kamu tidak mau meminjamkannya, Papa/Mama akan menyimpan mainan ini dan kalian berdua tidak bisa bermain. Mainan akan Papa/Mama keluarkan, bila kamu mau meminjamkannya pada adikmu dan Papa/mama akan makin sayang sama kamu.” Tepati pernyataan kita itu dengan tindakan nyata.
Kebiasaan 4 :
Bicara tidak tepat sasaran
Pernahkah kita menghardik anak dengan kalimat seperti, “Papa/Mama tidak suka bila kamu begini atau begitu!” atau “Papa/Mama tidak mau melihat kamu berbuat seperti itu lagi!” Namun kita tidak menjelaskan secara rinci dan dengan baik, hal-hal yang kita inginkan.
Apa akibatnya?
Anak tidak mengerti apa yang diingini oleh orang tuanya, sehingga yang terserap oleh anak adalah hal-hal yang tidak disukai oleh orang tuanya, sehingga anak terus mencoba hal yang baru dan dari sekian banyak percobaan yang baru tersebut, ternyata selalu dikatakan salah oleh orang tuanya. Hal ini yang mengakibatkan mereka berbalik untuk dengan sengaja melakukan hal-hal yang tidak disukai orang tuanya dengan tujuan untuk membuat kesal orang tuanya karena tindakannya selalu salah dihadapan orang tuanya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Sampaikanlah hal-hal yang kita inginkan secara intensif pada saat kita menegur mereka terhadap perilaku atau hal yang tidak kita sukai. Dan pada waktunya, ketika mereka sudah memahami dan melakukan segala hal yang kita inginkan, ucapkanlah terima kasih dengan tulus dan penuh sayang atas segala usahanya untuk berubah.
Kebiasaan 5 :
Menekankan pada hal-hal yang salah
Kita selaku orang tua sering mengeluhkan perilaku anak-anak kita yang tidak pernah akur dan selalu bertengkar. Apa yang kita lakukan? Melerai atau memarahi semua pihak. Lalu kita ingat-ingat lagi, apa yang kita lakukan bila mereka bermain dengan akur atau tidak bertengkar? Seringkali kita mendiamkan mereka bukan? Tidak menyapa mereka karenaberanggapan tidak perlu dan mereka sudah bermain dengan baik dan tidak bertengkar.
Apa akibatnya?
Dengan menganggap tidak perlu itulah yang membuat mereka terpicu untuk kembali bertengkar, karena dengan bertengkar, mereka mendapat perhatian dari orang tuanya. Dengan mendiamkan mereka karena tidak bertengkar, membuat mereka juga tidak tahu bila kita senang dengan kerukunan itu.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berilah pujian setiap kali mereka bermain dengan asyik dan rukun, setiap kali mereka berbagi di antara mereka dengan kalimat sederhana dan mudah dipahami, misalnya :”Nah, gitu dong kalau main. Yang rukun dan mau saling meminjamkan. Papa/Mama senang dan tambah sayang.” Lalu peluklah mereka sebagai ungkapan senang dan sayang.
Kebiasaan 6 :
Merendahkan diri sendiri
Bila anak anda terlalu asyik bermain play station sehingga mengalahkan jam belajar, apa yang anda lakukan? Mungkin kita sering mengatakan :”Ayo, matikan play station-mu itu. Awas ya, nanti dimarahi sama papa kalo pulang dari kerja.” Kita selalu menggunakan ancaman dengan figur yang ditakuti oleh si anak.
Apa akibatnya?
Dengan menggunakan ancaman, kita tidak sadar telah mengajarkan kepada anak bahwa mereka akan menurut jika mereka ditakut-takuti dahulu.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Siapkan aturan main sebelum kita bicara, setelah siap, dekati anak, tatap matanya, dan katakan dengan nada serius bahwa kita ingin ia berhenti bermain sekarang atau berikan pilihan, misal : “Sayang, Papa/Mama ingin kamu mandi. Kamu mau mandi sekarang atau lima menit lagi? Bila jawabannya, “lima menit lagi pa/ma.” Kita jawab kembali, “Baik, kita sepakat setelah lima menit, kamu mandi ya. Tapi jika tidak berhenti setelah lima menit, dengan terpaksa Papa/Mama simpan hingga lusa.” Setelah persis lima menit, dekati si anak, tatap matanya dan katakan sudah lima menit, tanpa kompromi dan tawar menawar lagi. Jika dia tidak menepati pilihannya, langsung laksanakan konsekuensinya segera.
Kebiasaan 7 :
Papa dan Mama tidak kompak
Seorang ibu meminta anaknya yang menonton televisi terus menerus untuk mengerjakan tugas sekolahnya, tapi pada saat yang bersamaan, si bapak membela si anak dengan mengatakan bahwa tidak masalah bila menonton televisi terus, dengan alasan supaya anaknya tidak stres.
Apa akibatnya?
Anak-anak pada umumnya belum dapat memahami nilai benar dan salah. Mereka lebih cepat menangkap rasa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan bagi dirinya, sehingga si anak memberi nilai bahwa ibunya jahat dan bapaknya baik, akibatnya, setiap kali ibunya memberi perintah, ia akan mulai melawan dengan berlindung di balik pembelaan bapaknya. Perlahan tapi pasti, anak akan belajar untuk terus melawan terhadap ibunya. Demikian sebaliknya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Untuk itu diperlukan peranan orang tua dalam mendidiknya. Peran itu bukan tugas ibu saja atau bapak saja, tapi keduanya. Ketika orang tua tidak kompak dalam mendidik anak-anaknya, maka anak tidak akan pernah menjadi lebih baik. Dihadapan anak, jangan sampai berbeda pendapat untuk hal-hal yang berhubungan langsung dengan persoalan mendidik anak. Apabila ada pandangan yang berbeda dalam mendidik anak, bicarakan hal ini secara pribadi dengan pasangan kita.
Kebiasaan 8 :
Campur tangan Kakek, Nenek, Tante atau pihak lain
Pada saat kita sebagai orang tua sudah berusaha untuk kompak satu sama lain dalam mendidik anak-anaknya, tiba-tiba ada pihak ke-3, yaitu kakek, nenek, om, tante atau pihak lain di luar keluarga inti, yang muncul dan cenderung membela si anak.
Apa akibatnya?
Bila dalam satu rumah terdapat pihak di luar keluarga inti yang ikut mendidik pada saat orang tua mendidik, anak akan cenderung berlindung di balik orang yang membelanya, anak juga cenderung melawan orang tuanya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Pastikan dan yakinkan kepada siapa pun yang tinggal di rumah kita untuk memiliki kesepakatan dalam mendidik dan tidak ikut campur pada saat proses pendidikan sedang dilakukan oleh kita sebagai orang tua. Berikan pengertian sedemikian rupa dengan bahasa yang bisa diterima dengan baik oleh para pihak ke-3.
Kebiasaan 9 :
Menakuti anak
Pada saat anak kita menangis dan kita berusaha untuk menenangkannya, kita sering mengatakan kepada si anak :”Eh, kalo nangis terus nanti disuntik lho …” atau “Kalo kamu nangis terus, Papa/mama panggil pak satpam ya.” Anak akhirnya memang cenderung untuk berhenti menangis atau merengek dan menuruti kita.
Apa akibatnya?
Dengan pernyataan ancaman atau menakut-nakuti, sebenarnya kita telah menanamkan rasa tidak suka atau benci pada institusi atau pihak yang kita sebutkan. Anak akan tidak suka atautakut dengan figur dokter/satpam. Pernyataan mengancam/menakuti akan semakin dipahami anak sebagai kebohongan orang tua seiring perjalanan tumbuh kembang anak.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Berkatalah jujur dan berikan pengertian pada anak seperti kita memberi pengertian kepada orang dewasa karena sesungguhnya anak-anak juga mampu berpikir dewasa. Jika anak minta dibelikan permen katakan padanya akibat yang dapat ditimbulkan pada gigi dari pemanis buatan itu. Jika anak tetap memaksa, katakanlah dengan penuh pengertian dan tataplah matanya, “Kamu boleh menangis, tapi papa/mama tetap tidak akan membelikan permen.” Biarkan anak kita yang memaksa tadi menangis hingga diam dengan sendirinya.
Kebiasaan 10 :
Ucapan dan tindakan tidak sesuai
Ada sebagian orang tua yang menetapkan pola asuhnya dengan menggunakan cara memberi penghargaan dengan pujian atau bahkan hadiah untuk kebaikan yang dilakukan oleh anaknya. Contohnya “Jika kamu mau membersihkan tempat tidurmu, maka di akhir pekan papa/mama mengajakmu jalan-jalan”. Dan pada akhir pekan, ternyata kita tidak dapat memenuhi janjinya, sehingga anak kita menjadi marah.
Apa akibatnya?
Anak memiliki ingatan yang tajam terhadap suatu janji, jika kita tidak menepati janji, maka kita tidak dipercaya oleh anak dan selanjutnya, anak mulai tidak mau menuruti yang kita minta.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Jangan pernah mudah mengumbar janji pada anak dengan tujuan untuk merayunya, agar ia mau mengikuti permintaan kita. Pikirlah dahulu sebelum berjanji apakah kita benar-benar bisa memenuhi janji tersebut. Jika ada janji yang tidak bisa terpenuhi segeralah minta maaf, berikan alasan yang jujur dan minta dia untuk menentukan apa yang kita bisa lakukan bersama anak untuk mengganti janji itu.
Karena ini dicopy dari http://hadi.staff.uns.ac.id/2011/12/28/kebiasaan-orang-tua-yang-menghasilkan-perilaku-buruk-pada-anak/, jadi lanjutannya silahkan buka link tersebut :)

Contoh Ceramah

Berhubung hari ini bertepatan dengan hari dimana Nabi Muhammad SAW. dilahirkan, saya akan berbagi tausiyah. Untuk teman-teman yang mungkin sedang membutuhkan contoh ceramah bertema "Maulid Nabi", mungkin ini bisa juga dijadikan referensi.


Hadirin rohimakumullah
Dalam suara bulan rabi’ul awal ini, dimana Nabi kita Nabi Muhammad saw dilahirkan, maka ada baiknya dalam kesempatan ceramah kali ini kita merenungkan sejenak makna kehadiran Rasulullah saw. Telah kita ketahui bersama, semua Rasul adl manusia pilihan penerima wahyu yg berjuang menyelamatkan dan membebaskan umatnya dari segala bentuk ketimpangan sosial , kebejatan moral, dan membebasan dari penghambaan kepada selain Allah. Kebenaran dan keimanan yg mereka dapatkan bagaikan obor yg menyinari kegelapan dan kesesatan.
Hadirin rohimakumullah
14 abad yg lalu, ketika dunia masih gelap dan umat manusia masih ada pada jalan kesesatan dan kebejatan akibat tiadanya sosok pemimpin yg bisa mengobori dan menjadi petunjuk bagi akal dan hati umat manusia. Lahirlah Muhammad bin Abdullah, seorang anak yatim, tiada berpunya namun dari keluarga dan suku terhormat di kota Makkah. Kota pusat perdagangan, pusat kebudayaan, dan pusat agama jahili. Oleh karena itu untuk membebaskan dan memperbaiki struktur masyarakat yg timpang tersebut, Allah menghadirkan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah, pemimpin umat manusia, yg dlm misinya secara umum menurut Al-Qur’an ada 3,yaitu : mulai dari menyuarakan kebenaran, berjuang melawan kebatilan dan kezaliman, sampai pada membangun masyarakat atas dasar persaudaraan.
Hadirin rohimakumullah
Nabi Muhammad sbg sang pembebas umat manusia, dlm dakwahnya tidak hanya pandai berpikir dan merenungi permasalahan2 nyata yg yg dialami umatnya, lalu bersilat lidah untuk mencari argumen tentang kerasulannya dan berhenti hanya mengabadikannya dlm tumpukan kitab2 hadist.. namun lebih dari itu.., dlm Al-Qur’an beliau memiliki model karakter
uswah hasanah atau pemberi contoh yg baik. Sebagaimana dlm Al-Qur’an :





Pernah dicaritakan juga, beliau tidak hanya menyuruh sahabat2 dan umatnya untuk membela kaum yg lemah. Lebih dr itu, beliaulah yg pertama kali yg pertama kali berani memerdekakan beberapa umat untuk kemudian dirangkul masuk Islam. Tidak hanya itu pula kedaulatan Rasulullah, sehingga pd suatu hari, para sahabat menemukan Rasulullah sedang memperbaiki sandal anak yatim, serta pada hari lain, sedang menjahit pakaian kumal milik perempuan tua yg miskin, danlainlain. Apa yg dicontohkan Nabi tsbt merupakan tindakan yg cukup berani membebaskan kaum yg lemah di tengah2 dominasi saudagar2 sombong.
**Perjuangan Rasulullah memang banyak sekali. Beliau pula lah yg telah memberi penerang kpd seluruh umat manusia bahwa APA ARTI SEBUAH NILAI PERJUANGAN HIDUP, kalau tanpa didasari oleh niat karena Allah semata. Beliau sadar ketika harus berjuang membela kebenaran, menentang kedzaliman, dan menyiarkan agama Islamyg tdk menawarkan apa2 kecuali pengorbanan untuk lbh dkt dg Allah swt. Totalitas inilah yg membawa sosok Rasulullah mjd bagian dr cahaya yg menyinari dunia sampai kapanpun. Akhirnya, dr kisah perjuangan& kepeloporan Nabi sebagaimana di atas, hal itu bs kita petik pelajaran, bahwa kehadiran Islam di muka bumi ini bukanlah sbg ajaran individu yg acuh terhadap mslh sosialnya. Dan nampaknya bg mreka yg dkt dg sesamany dn tanggap trhadap permslhan skitarnyalah yg dipastikan di akhirat kelak akan dekat di sisi Allah swt. (amiin)
-nona manis siapa yg punya
-nona manis punyanya bang surkan
Cukup sekian ceramah dari saya
Kurang lebihnya mohon dimaafkan.